Selasa, 11 Maret 2014

Karena Saya Orang Blitar, yg belum akan menyerah (Surat Terbuka Untuk Orang Blitar)

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

 Pertama saya mohon maaf apabila saya lancang membuat tulisan ini dan tidak berkenan di hati Bapak/Ibu. Saya Abdullah Kafabih satu-satunya Caleg DPR RI Demokrat yang asli Blitar. Sampai SMU/SMA saya selesaikan di Blitar baru kuliah di Malang dan bekerja di salah satu perusahaan telekomunikasi di Jakarta. Saya percaya orang Blitar lebih percaya orangnya sendiri dibanding orang lain, lebih percaya anak asli Blitar dari pada anak daerah lain. Saya sepakat dijaman seperti ini tidak relavan menonjolkan SARA, tapi kalau ada anak sendiri yang baik kenapa pilih anak lain? Bagi saya Politik adalah dukungan dan dukungan tidak akan datang sendiri tapi harus dicari. Saya tidak akan menang tanpa bantuan dan dukungan orang lain.

 Menurut saya esensi reformasi adalah perubahan menuju perbaikan, tidak cukup hanya berubah dari orde baru ke orde reformasi, atau dari kurang demokratis ke demokratis. Apalagi demokrasi sekarang ini terbukti lebih menjadi demokrasi yang mudah memakai uang, sebagian dari politisi pemimpin daerah atau pemimpin lembaga negara tidak jelas asal usulnya karena memakai uang. Akibatnya mereka mudah lupa bahwa dibalik jabatan itu ada tanggung jawab, selalu ada kehormatan yang harus dijaga. Saya tak menafikan hal yang sama akan terjadi sekarang. Akan tetapi, saya yakin di masyarakat sudah terbentuk cara pandang bahwa hal seperti itu salah.

 Fakta bahwa saya bekerja sama dengan lebih dari 15 orang Caleg DPRD, tetapi ada pesan kuat yang saya sampaikan bahwa saya menolak politik uang. Apabila mereka melakukan dibelakang saya itu tanggung jawab mereka masing-masing karena realitas di lapangan menunjukkan masyarakat sangat pragmatis dan mau hal yang konkrit seperti bantuan sembako, jalan bahkan dalam bentuk uang.

 Meskipun saya mampu, kenapa bukan politik uang yang saya tempuh sebagai jalan paling mudah. Tapi kok malu rasanya tiba-tiba menjadi orang paling baik, paling dermawan tapi dibelakangnya mengharapkan sesuatu. Pesan orang tua saya pun jelas untuk menggunakan jalan yang benar dan lurus. Politik itu ada 10 pintu, 9 pintu di ujungnya adalah penjara atau neraka dan hanya 1 yang menuju surga. Saya akan memilih 1 pintu itu itu walaupun resikonya kalah. Kalah bukan akhir dari segalanya, saya sedikit berbeda bukan seperti yang lainnya kalau kalah menjadi pengangguran. Yang saya pertaruhkan gaji beberapa bulan ini yang saya anggap sebagai pengorbanan, sangat susah mendorong orang baik menjadi Caleg karena biayanya sangat besar, saya sadar dan baru kali ini mencari kerja untuk Negara harus memakai uang dengan taruhan gaji yang di dapat nanti hampir sama yang saya dapatkan sekarang. Sebagai mantan aktifis yang bisa mencapai puncak karir (Presiden BEM di Unibraw) geram dan gatal tangan rasanya melihat kelakuan penyelenggara Negara sekarang. Ya sudahlah, mari kita nyalakan lilin daripada terus mengutuk kegelapan.

 Karena saya bukan siapa-siapa, hanya pekerja profesional biasa. Maka yang saya lakukan harus sangat berbeda dibandingkan orang lain, bekerja juga lebih keras dibanding caleg lain. Saya membuat baliho pun juga unik, dengan anak saya dan dengan kata-kata yang sedikit keras. Yang akhirnya dipermasalahkan, yang paling menyedihkan ternyata yang memperasalahkan adalah teman separtai juga. Sedih rasanya ketika teman ternyata malah menjatuhkan, saya sempat frustasi juga kenapa politik kita kok saling menjatuhkan diantara teman sendiri, kalau dengan partai lain pasti akan saya lawan tapi saya tidak sanggub kalau harus melawan saudara sendiri, lebih baik mengalah dengan mengapus foto anak saya. Padahal Panwaslu pun akhirnya memutuskan tidak melanggar UU pemilu atau aturan kampanye. Sedih sekali tapi sebagai orang Blitar saya tidak akan menyerah.

Saya tidak mau berpanjang lebar, inti dari tulisan saya adalah meminta dukungan seperti yang saya sampaikan diatas, saya tidak akan menang tanpa bantuan orang lain. Tolonglah saya dan tolonglah diri anda sendiri untuk mendukung orang baik dan mewujudkan negeri ini lebih baik lagi.

Demikian tulisan ini saya buat,untuk referensi Bapak/Ibu. Atas kurang lebihnya saya mohon maaf sebesar-besarnya.

 Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

 Jakarta, 06 Maret 2014
 Hormat saya

Abdullah Kafabih

Tidak ada komentar: