Kenapa Jakarta menuju ke arah kematian.
1. Kemacetan yg tak kunjung ada solusinya
Kalau kita jalan entah itu hari libur atau tidak, kemacetan kita temui dimana-mana. Knapa ini terjadi, banyaknya mobil tidak diimbangi dengan pembangunan jalan, dan yg disalahkan selalu orang yang beli mobil dan naik mobil, bukan pemerintah yang tidak membangun jalan. Anehnya seolah rakyat terus yang dianggap salah, salahnya apa kan udah bayar pajak. Coba bayangkan, pajak mobil motor itu 5 trillyun lebih di jakarta tapi yang kembali untuk jalan kurang dari 20 %, ya iyalah macet. Kok yg disalahin orang yg mengendarai mobil yang udah bayar pajak. Pemerintah DKI yg harus di dorong untuk lebih banyak membangun jalan, jalan layang harus dimana-mana dan berdasarkan perencanaan. Bukannya klo udah macet baru membangun, ya tambah macet laah saat pembangunannya. Kenapa para pengguna jalan tidak di pikirkan kerugiannya.
Kemudian pembangunan jalan layang yg terus terang saja saya bingung, kenapa malah jalan Casablanka dan Dr. Satrio yg relatif lancar dibangun jalan layang non tol, bukan jalan lain yg lebih macet tiap harinya seperti Mampang dll. Kalau dilihat di JL. Dr. Satrio macet nya hanya di depan Mall ITC kuningan karena banyaknya penyebrang jalan, kenapa tidak dibangun jembatan penyebrangan saja, toh dari ujung ke ujung itu Jembatan penyebrangan gak ada gimana gak banyak orang yg nyebrang jalan kalau begitu.
Kebijakan monorel yg gak jelas, mangkrak dah bertahun-tahun. Sampai kapan warga Jakarta di suruh nunggu.
2. Penguasa yang bukan Pemimpin
Sosok Pak gubernur yg mohon maaf seperti tidak ada terobosan, biasa aja. Walaupun saya mengidolakan nya sebagi tokoh NU yg sukses tapi jujur saja biasa saja dan kalau tidak ada dia pun Jakarta tetap jalan artinya seperti tidak ada fungsinya. Harusnya seorang pemimpin itu harus kuat dan berkarakter tidak sekedar memerintah saja, harus bisa memberi inspirasi ke bawahan dan rakyatnya. Ini janji kampanyenya mana Pak yang bilang Jakarta bebas macet, apa mungkin saya salah dengar yaaa....
3. Banyaknya Bangunan Tanpa Rencana dan IMB
dimana-mana kita akan temuin orang sedang bangun rumah atau ruko, tapi kalau di cermati banyak sekali yang tanpa ijin atau IMB. Jadinya membangun tanpa sisa, tidak ada untuk resapannya apa lagi untuk kawasan hijau. Ketika akan mengurus IMB sulitnya bukan main.
4. Aparat Yang Tidak Akuntable
Kalau kita mau ngurus surat-surat di Kelurahan, mana ada yg gratis. Kalau mau gratis yaa lama. Kalau mau lihat dijalan, banyak angkot yg ngetem di perempatan jalan dan di situ ada polisinya, kan jadi curiga ini ngemal (bayar) gak yaa ke polisi. Bahkan yg bikin saya jengkel, tiap hari di Perempatan pasar rebo, selalu macet karena Bis pada ngetem, jelas di situ ada tanda di larang parkir dan di situ ada juga Polisinya. Kok bisa yaaaa???? Kalau kayak gini gimana saya percaya sama polisi lalu lintasnya, kasihan panas2 an ngatur Lalin tapi bakal dapat respek yg jelek dari masyarakat apa lagi dari saya, yaa paling aku cuman berani ngumpat dalam hati. Mana berani sama pistolnya.

Klo menurutku Jakarta perlu sebuah evolusi/tansformasi yang menyeluruh untuk menjadi sebuah kota yang nyaman di tinggalin. Sekarang enak naik motor timbang naik angkot atau mobil, ngojeek aaach
Tidak ada komentar:
Posting Komentar